Melihat Karya Batik SLBN Pembina, Dewandik; Motifnya jadi Kearifan Lokal dan Kebanggaan Riau
PEKANBARU (DPPR) – Kreatifitas yang elok ditunjukan oleh Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pembina Pekanbaru. Sekolah milik pemerintah ini, memiliki keunikan tersendiri. Bersama siswa, alumni dan beberapa mitra, sekolah ini mengembangkan batik Riau dengan motif kearifan lokal. Saat berkunjung ke sekolah ini, Dewan Pendidikan (Dewandik) Provinsi Riau mengungkapkan rasa bangga dan salut dengan kreatifitas karya yang dihasilkan.
SLBN Pembina Pekanbaru ini terletak di Jalan Segar 46, Rejosari, Tenayan Raya, Pekanbaru. Tim Dewandik Riau yang terdiri dari H Khadir Akmalmas SH dan H Fithriady Syam SSi, diajak melihat pusat kegiatan membatik di lingkungan sekolah ini. Kepsek Moelya Eko Suseno Skom MTI MPd, menyebut kegiatan ini menjadi produk unggulan yang termasuk dalam program BOS Kinerja Prestasi.
‘’Kami sejak lama memang mengembangkan batik Riau ini. Bisa menimbulkan talenta untuk siswa, guru dan alumni. Jadi ada wadah mereka untuk berkreatifitas. Bersyukur kami juga di dukung oleh beberapa dinas dan OPD terkait,’’ kata Eko yang didampingi Wakil Kepsek Kesiswaan Yatmiati SPd, Waka Humas Marini SPd, Waka Keterampilan Reny Sriyanti SPd, dan beberapa majelis guru lainnya.
Dia juga menyebut bahwa karya-karya yang dihasilkan di sekolah ini juga sudah banyak yang digunakan oleh pimpinan daerah dan para ASN di lingkungan Pemprov Riau. ‘’Banyak pesanan dari dinas dengan motif tertentu. Bahkan ada juga yang digunakan oleh event tertentu Bujang dan Dara, tokoh-tokoh publik, dosen, bahkan juga di pakai beberapa istri gubernur Riau. Kami bangga dengan itu,’’ lanjut Eko.
Secara khusus, pengelolaan batik SLBN ini dilakukan oleh Abdur Rahman SPd dan Amrina Ririn Rosada Z SPd dan timnya. Menariknya lagi, beberapa SLB daerah dan luar provinsi juga banyak yang belajar ke sekolah ini.
‘’Prinsipnya kami berbagi ilmu. Ada yang datang dari kabupaten dan kota di Riau, bahkan dari luar provinsi seperti dari beberapa SLB Sumatera Barat. Mereka datang betul-betul belajar membatik, bukan hanya melihat dan studi banding saja,’’ sebut Ririn.
Lebih jauh, dia menguraikan bahwa di lokasi ini ada 5 orang yang bisa membatik. Selain motif batik yang dipesan secara khusus, seperti ada logo dan desain perkantoran, pihaknya juga mengembangkan corak khas daerah seperti tugu zapin, tugu selamat datang, tepak sirih, kapal lancang kuning.
‘’Supaya motif kita ini bisa berkembang. Jadi ciri khas Riau. Kadang kami buat untuk dokumentasi saja, tapi banyak pula yang dibeli oleh pejabat yang datang. Memang agak rumit membuatnya, tapi tak apalah, kita juga harus menunjukan ciri khas daerah kita,’’ urai Ririn lagi.
Dalam pada itu, Khaidir Akmalmas menyebut kreatifitas yang dilakukan oleh SLBN ini harus mendapatkan dukungan kita semua. ‘’Bayangkan, selain mendidik anak-anak berkebutuhan khusus, para guru, siswa dan alumni masih bisa mengembangkan kearifan lokal dalam bentuk membatik. Bahkan, motifnya banyak yang mereka kembangkan dari ciri khas Riau dan jadi kebanggaan. Saya pandang ini sebagai bentuk bentuk kepedulian mereka terhadap budaya Riau,’’ sebut Khaidir yang sering dipanggil Udo ini.
Senada dengan itu, anggota Dewandik lainnya Fithriady Syam menganggap seni membatik ini perlu dikembangkan terus. Sehingga menjadi sebuah kreatifitas dan karya yang membanggakan. ‘’Tempat ini akan menjadi sebuah inspirasi. Dengan lingkungan pendidikan khusus, ternyata bisa berkembang sebuah produk yang membanggakan. Batik memang sudah jadi budaya nusantara, tapi batik dengan motif Melayu Riau akan ciri khas daerah. Kita salut,’’ ujar wartawan senior ini.
Lebih jauh, dia juga mempertanyakan hasil dan benefit dari kegiatan ini. ‘’Satu bulan kami bisa hasilkan 50-60 helai batik bermotif khusus. Kami juga terima beberapa pesanan seperti dari dinas, kampus, dan ASN. Jadi terus berkembang,’’ ujar Ririn lagi.
Batik-batik ini dibandrol dengan harga kisaran Rp400.000-Rp600.000 per helai. Ini sudah bisa dibuat baju atau kebaya. Pihaknya juga mengajak dan menjemput kunjungan dari berbagai pihak ke SLBN Pembina Pekanbaru ini, baik untuk belajar membatik ataupun melihat-lihat karya dan motif yang dihasilkan. (HF)